Rabu, 02 Januari 2013


Ogoh-Ogoh VS Bhuta Kala

Bali sebagai lumbung budaya nampaknya tak pernah habis menunjukkan eksotikanya dikancah pariwisata. Tak hanya gamelan dan tariannya yang mendunia, tapi hal yang berbau upacara keagamaan umat Hindu pun tak luput dari sorotan. Nyepi misalnya. Nyepi adalah hari besar umat Hindu yang juga dinyatakan sebagai libur nasional. Perayaan Nyepi, khususnya di Bali selalu berlangsung dengan meriah sehingga wisatawan berbondong-bondong datang ke Bali hanya untuk menyaksikan secara langsung perayaan hari besar agama Hindu tersebut.
Salah satu yang menjadi idola saat perayaan Nyepi adalah kehadiran ogoh-ogoh. Patung besar berparaskan raksasa ini nyatanya dapat membuat orang yang melihatnya terkagum-kagum. Unsur magis yang dipadukan dengan unsur seni menjadikan wujud ogoh-ogoh ini kian memiliki taksu (jiwa). Seperti penuturan salah satu kelian adat di Desa Tulikup, Gianyar, I Gusti Ngurah Suta (46), mengatakan bahwa ogoh-ogoh tidaklah dibuat untuk hiburan semata, tetapi masih ada kaitannya dengan perayaan Nyepi.
Sehari sebelum Nyepi disebut dengan Ngembak Geni yang pada hari itu ogoh-ogoh  diarak keliling desa untuk mengusir buta kala sehingga tidak akan mengganggu perayaan Nyepi keesokan harinya. “Ogoh-ogoh memang sengaja dibuat dengan paras yang menyeramkan guna membuat buta kala takut dan meninggalkan desa sehingga tidak akan mengganggu”, ujar salah seorang pemuda yang ditemui di sebuah sanggar di desa Tulikup, Gianyar.
Selain untuk melengkapi perayaan upacara agama, ogoh-ogoh  kini digalakkan pemerintah untuk menarik minat wisatawan datang ke Bali mengingat setelah peristiwa pengeboman, wisatawan enggan untuk datang ke Bali. Namun, dengan keberadaan ogoh-ogoh ini yang hanya dapat dijumpai setahun sekali dalam perayaan Nyepi dipercaya akan dapat menambah nilai budaya yang Bali miliki. “Pemuda-pemudi di Bali sejatinya akan mengambil andil yang besar dalam pelestarian budaya Bali sebagai warisan nenek moyang”, ujar salah satu tokoh budayawan di Gianyar.
Nyepi tahun ini akan jatuh di tanggal 12 Maret 2013 dan diharapkan seluruh komponen masyarakat Bali bersatu dalam keamanan perayaan Nyepi itu sendiri mengingat akan banyak sekali ogoh-ogoh yang diarak dimasing-masing wilayah/desa di hari Ngembak Geni. Selain itu, ogoh-ogoh yang diarak tak luput dari unsur seni tabuh dan tari yang kini sangat dikenal dikancah internasional. Tabuh baleganjur akan mengiringi perjalanan sang ogoh-ogoh mengelilingi desa yang disertai dengan tarian dari masyarakat/ pemuda yang menganggakat/ mengarak ogoh-ogoh tersebut. Tarian juga akan ditampilkan oleh para penabuh dengan sangat atraktif sehingga akan membuat penonton terkagum melihatnya.
 Bali yang kaya akan warisan budaya sudah sepatutnya berbangga, karena keberadaan Bali sendiri selalu dieluh-eluhkan oleh wisatawan. Oleh karena itu, tak sepantasnyalah jika ada pemuda/ masyarakat Bali merusak kebudayaan daerahnya sendiri hanya untuk kepentingan pribadi semata. Mari kita bersama-sama lestarikan budaya Bali dan hindari pengaruh budaya barat yang dapat merusak keajegan budaya bali itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar